Tulisan ini merupakan ceritaku yang beberapa waktu lalu
melakukan perjalanan dari Surabaya ke Yogyakarta bersama Irmania Siswaputri -)
Perjalanan ini bukan hanya sekedar jalan-jalan. Ya walaupun ada sedikit niatan
buat jalan-jalan, tapi tujuan utamaku adalah mengikuti Geo-Environment Student
Challange yang diadakan Fakultas Geografi UGM.
Pagi sekitar pukul 07.00 WIB aku berangkat dari kosan.
Kemudian mencari bekal untuk sarapan dan bersiap menuju stasiun. Jadwal keberangkatan
adalah pukul 08.00. Eh, tumben Surabaya dingin, nggak panas dan agak mendung.
Sampai di stasiun adalah pukul 07.30 WIB. Ada waktu tunggu
sekitar setengah jam. Lumayan.
Pas menunggu kedatangan kereta, tiba-tiba aku disapa
seseorang. Kontan aku menoleh ke arah
suara panggilan itu. “Diin, lama nggak pernah ketemu”
Ternyata seniorku SMA dulu yang memanggilku dari arah
belakang. Beliau kuliah di UNAIR dan memang sudah lama sekali tidak berjumpa.
Mungkin karena saking sibuknya diriku. –sok sibuk lebih tepatnya. Hha
Aku berbincang-bincang dan ternyata beliau akan ke Bandung
untuk jalan-jalan. “Wah, jalan-jalannya ke Bandung ya mbak..”
“iya, mumpung habis UTS”
Kalau aku memilih mengerjakan tugas besar atau kalau
memungkinkan menyempatkan pulang ke rumah (pulkam) daripada hanya sekedar
jalan-jalan. Hhe *my opinion.
“Kamu ke Yogya ngapain? Lomba apa jalan-jalan?”
Hha.. “Lomba mbak... Kalau nggak ada lomba, nggak akan
sempet ke Yogya” ujarku.
Kami berpisah karena tempat duduk kami berada di gerbong
yang berbeda.
Perjalanan sekitar 6 jam, dengan jadwal kedatangan sekitar
pukul 13.40. Di depan tempat duduk kami ada lelaki paruh baya dengan logat
Sunda. Tujuan beliau tentu bisa ditebak. Ya, Bandung.
Mungkin bisa sempet mengunjungi bandung kalau ada urusan
sejenis lomba atau apalah hha.
Sampai di stasiun Lempuyangan lebih cepat dari perkiraan.
Kami sholat di Mushola stasiun, kemudian menuggu jemputan Anggun –teman SMAku
dulu.
jepretan irma |
Kami keluar dari pintu sebelah timur –tidak melalui pintu
utama. Ketika keluar banyak tawaran dari Bapak-bapak Taksi. Hal yang membuatku
tercengang, ada satu supir yang menggunakan logat sunda dan bicara cepat. Sama
sekali aku tidak mengerti “Teteh, bla bla bla..”
Nah lho, dikira orang Sunda kah kami berdua? Kami hanya menggeleng. Kemudian Bapak taksi
tersebut mengulang tawaran dengan bahasa Indonesia. Tapi kami tetap menolak
karna kami memang menunggu jemputan.
“Bapak tadi kenapa pakai bahasa sunda ya?” tanyaku
“Kamu dikira sunda mungkin..” kata Irma
Kalau tau aku ngomong, pasti yakin kalau aku Jawa tulen.
Medhok banget kok.
Beberapa kali dikira orang Sunda. Pernah seniorku di Teknik
Lingkungan dan temen pas ngaji Tahsin ngira aku orang sunda.
-__-
Ada apa dengan sunda? Di tanah Yogya justru tetap disuguhin
‘Sunda’.
#tulisan nggak penting
ditulis
Surabaya, 16 Muharam 1435 H
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
0 komentar:
Posting Komentar