Suatu saat aku ditanya seorang saudari, “dulu (sebelum
ngaji) pernah mencita-citakan apa mbak?”
Aku terhenyak. Berpikir sebentar. Dan merenung. “apa jadi
wanita karir? Sekolah tinggi di luar negeri?”
Mencoba menerobos bagian masa lalu, dan mencoba mengingat
barangkali mendapatkan jawaban dari pertanyaan itu.
“hmm sudah lupa dek.. hehe”
Benar lupa.
Atau aku memang tidak ada tujuan hidup? Atau cita-cita di
masa lalu?
Yang kuingat aku ingin membanggakan orang tuaku, ingin
banyak prestasi. Ingin punya piala. Hihi walaupun tidak kesampaian juga.
Alhasil, tujuan dan cita-citaku adalah MEMBANGGAKAN mereka. Hanya
itu. Walaupun di bangku kuliah aku juga tidak bisa membanggakan mereka seperti
yang pernah dilakukan kakak.
Menjadi siswa terbaik di SD, menjadi siswa dengan nilai tertinggi
di SMP, wakil olimpiade nasional di SMA, menjadi salah satu mahasiswa dengan IP
tertinggi. Itu yang dilakukan kakak. MasyaAllah
Nope! Aku tidak mewujudkan cita-cita; membanggakan orang
tua.
Yang ku fahami (dulu), bagian membanggakan orang tua adalah
dengan PRESTASI. Aku berpikir demikian. Ya di bangku kuliah, cukup membangakan
dengan satu piala hadiah menulis essay, sertifikat salah satu kompetisi di
Jogja, dan LULUS tepat waktu.
Pernah suatu saat aku mengutarakan ingin ke luar negeri, di
awal-awal kuliah. “Kuliah S1 nya harus selesai”
Ya aku menangkap, salah satu hal yang membanggakan kedua
orang tua adalah lulus tepat waktu. Baiklah, akan kulakukan.
Tidak muluk-muluk kan?
Pernah juga ikut suatu kompetisi di luar kota, orang tua
TIDAK menanyakan JUARA berapa? Malah ibu menanyakan, “Kapan pulang?”
Ku tangkap, prestasi bukan segalanya yang dapat
MEMBANGGAKAN. Mereka ingin keselamatan anaknya. Dan mungkin mau bilang “jangan
kluyuran lagi” hehe
Dan, pasca kampus.. aku sempat stress, “kerja apa aku nanti?
Apa nikah aja ya? Apa kuliah lagi ya? Apa pilihanku tidak mengecewakan mereka?”
Akan begitu menyeramkan dipaksa untuk bekerja ikhtilat atau
disuruh menikah dengan orang yang tak kusukai.
Namun, orang tua tidak pernah memaksakan kedua hal itu..
Orang tua bebas memberikan pilihan padaku, bekerja dimana,
apa yang kulakukan.. dan ternyata PASCA kampus tidak seseram kelihatannya.
Pernah suatu kali ditanyai, apa kembali lagi ke Surabaya?
Hmm.. buat apa? Safar lagi?
Melelahkan.. aku jawab seperti itu. Aku disini saja, menimba
ilmu, belajar di ma’had.
Orang tua menyetujui.
Pernah suatu saat ditawari proyek di luar pulau, jelas hal
itu tidak kusukai. Bapak juga, karena jauh dan di daerah itu minoritas muslim.
Kemudian ibu seperti memintaku berpikir ulang, aku katakan “Ibuu, banyak anak
perempuan yang jauh dari rumaah.. dia bekerja untuk memenuhi kebutuhan orang
tuanya. Mereka sangat ingin dekat dengan orang tua… Dini sudah dekaat dengan
orang tua, masak mau PERGI?”
Dan sekarang.. aku
baru sadar bagian MEMBANGGAKAN orang tua bukan memenuhi apa-apa yang mereka
INGINKAN. Bukan melulu dengan prestasi. Bukan tentang harta dan keduniaan.
Membanggakan orang tua dengan komunikasi terbaik, menyampaikan apa kata hati dengan santun,
menyampaikan yang HAQ dengan logis dan hikmah, menyampaikan bahwa pilihan Terbaik
adalah sesuai dengan syariat Allah.
Aku belum bisa demikian.
Namun, cita-cita terbesarku adalah membanggakan mereka
berdua.. semoga sampai di surga…
Jember, 18 Desember 2015
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
0 komentar:
Posting Komentar