Welcome :)

dinifahma.blogspot.com

Sabtu, 08 Desember 2012

Hei, Sekuler Membuntutimu!

Aku mengais-ngais onggokan pasir  dengan tangan kosong. Berharap aku mendapat butiran permata, emas atau berlian. 

Aku memandang orang di sebelahku, matanya berbinar. Ya, dia telah menemukan berlian yang dia cari. Begitupula orang lusuh di sebelah kiriku, dia telah menemukan permata yang dia impikan. 

Aku? Kapan mendapatkannya?

Tiba-tiba dari belakang ada yang menyodorkan sekop dan peralatan galian untukku. Aku tersenyum kecut pada orang yang menawarkan itu. “aku tak butuh itu. Tanpa itu aku bisa menemukan permata, emas, dan berlian. Seperti orang-orang itu!” kataku ketus. Aku tetap mengais tanah didepanku.  
 ***

Apa yang Anda pikirkan dengan cuplikan kisah diatas?
Saya akan sedikit mengaitkan dengan point yang akan saya bahas, yakni sekulerisme. Sekulerisme suatu pergerakan sosial yang bertujuan mengalihkan aktivitas manusia dari orientasi ukhrawi (kehidupan akhirat) kepada orientasi duniawi semata. (www.an-naba.com)


Ciri-ciri sekuler adalah memisahkan antara kepentingan dunia dan tujuan terbesar kita; akhirat. Sehingga pelaku sekuler mengganggap, ketika engkau menjadi seorang yang agamais, maka kesuksesan dunia akan menjauhimu. Pelaku sekuler memandang, dirinya tidak akan berhasil ketika menjadi sosok yang faham agama, dekat dengan Tuhan, dan menjalani syariat dengan benar. Seorang yang dekat dengan Tuhan dianggap tidak berkembang, tidak modern, tidak maju dan selalu dibatasi dengan hukum-hukum agama. Sehingga, ketika seorang ada yang memegang teguh keyakinan agama, dianggap seorang yang fanatik, kolot, katrok dan terbelakang.  

Faktanya, sekulerisme saat ini cukup ngetrend di kalangan remaja. Sadar atau tidak, sudah banyak yang tercekoki faham sekuler. Mereka menganggap, kehidupan dunia seperti prestasi, kekayaaan, kajayaan tidak bisa didapat selama mereka terlalu ‘fanatik’ pada agama. Banyak yang takut dikucilkan dan takut dianggap cupu karena berpegang teguh pada agama. 


Beberapa fenomena kerap terjadi, seorang teman sedang membaca buku tentang sirah nabawi saat di kampus (di luar jam kuliah). Kemudian ada teman nyletuk “pantesnya kamu ke jurusan agama, bukan di jurusan teknik. Hahaha”

Ada lagi kisah seorang yang hendak apply pertukaran mahasiswa di Jepang, kemudian seorang dosen dengan tersirat mengatakan “Bagaimana mungkin orang yang tidak mau bersalaman dengan orang asing1) ingin ke Negara maju seperti Jepang?” 

Secara tidak langsung hal itu menyatakan, bagaimana mungkin seorang yang berpegang teguh pada syariat Islam bisa berprestasi dan berkembang?


Tanpa disadari, sekulerisme telah menjangkiti. Seolah, ibadah menjadi suatu rutinitas yang mengganggu. Bagi yang sering lembur tugas, bangun malam atau tidak tidur  merupakan hal biasa. Justru bangun malam untuk menunaikan sholat lail menjadi pemandangan luar biasa. Bahkan banyak anggapan, “kalau nyempet-nyempetin sholat, ntar tugas nggak kelar!” Astaghfirulloh…


Hal diatas merupakan indikasi sekulerisme yang membuntuti kita tanpa kita sadari. Bahkan dengan dalih ‘banyak’ tugas, kita enggan datang kajian atau majelis ilmu. “Ngapain sih repot-repot nimba ilmu agama? Toh tanpa itu hidup gua nyaman-nyaman aja. Sok alim lu!”

“Kita sibuk tugas, nggak sempet lah buat ndengerin kajian gitu…”

anehnya, buat hedon mereka selalu nyampet-nyempetin.. 


Coba berkaca pada diri kita, sudahkah sekulerisme menjangkiti diri kita? Saat merasa agama dan kepentingan akhirat tak lagi penting, saat kesenangan dunia diprioritaskan, saat ibadah menjadi kewajiban yang melelahkan, saat enggan datang ke majelis ilmu, saat menganggap orang belajar agama dibilang ‘sok alim’, saat malu ketika mengenakan identitas islam, saat menganggap memegang syariah tak lagi perlu, saat agama hanya identitas semata, dan banyak lagi….


Jadi simpulkanlah, apakah sekuler kini telah engkau kenakan?


Lalu, apa kaitannya dengan kisah mengais pasir diatas? Coba ibaratkan, pengais pasir itu adalah manusia (kita) yang mencari kekayaan dunia, ketenaran dan popularitas. Namun kadang manusia lupa dan hanya terfokus pada satu tujuan; kenikmatan dunia. Padahal ada sarana berupa alat galian yang kita ibaratkan agama. Saat ada alat galian, seorang enggan memakainya karena tanpa alat tersebut, beberapa orang dapat menemukan berlian dan permata.
Seperti fenomena saat ini, banyak anggapan tanpa agama banyak yang meraih kesuksesan. Maka, muncul anggapan “buat apa mengimbangi agama, toh banyak yang sukses justru yang tidak beragama”


Pernah mendengar ungkapan demikian ; “kejarlah akhirat, maka dunia akan mengejarmu”

Alloh berfirman : Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Alloh, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS.Muhammad : 7)

Agama bukan penghambat kesuksesan dunia, justru dengan memagang teguh kebenaran yang hak, Alloh akan membebaskan dari kesulitan…

Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (QS. Al-Insyiroh:1-8)

Sekulerisme membuntutimu! Hati-hatilah kau terperangkapnya! Karena sungguh, sekulerisme tak lain hanya ingin menjauhkanmu dari agama yang haq; ISLAM...

Kata Umar ibn Khattab “Dulu, sebelumnya Alloh menghinakan kami (saat masa Jahiliyah). kemudian Islam datang, dan Alloh memuliakan kami. Maka Sesungguhnya kita adalah kaum yang dimuliakan oleh Allah dengan Islam, maka janganlah kita mencari kemuliaan dengan selainnya


Catatan Kaki:
1)Orang asing maksudnya bukan mahram


-Surabaya, 23 Muharam 1434 H-


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

4 komentar:

Anonim mengatakan...

apik tulisannya

Dini fahma insani mengatakan...

matar nuwun..

Anonim mengatakan...

suka hobi menulis?

Anonim mengatakan...

ditunggu tulisan terbarunya ya..

Posting Komentar