Welcome :)

dinifahma.blogspot.com

Selasa, 17 Juli 2012

Kisah Part I

Dulu ketika aku masih remaja, banyak yang menanyakan apakah aku akan kuliah, apa aku dapat meraih mimpiku menjadi seorang sarjana? Kemudian semua orang berfikir, setamat dari SMA aku akan menikah dengan laki-laki pilihan orang tuaku. Ya… banyak orang mengatakan orang tuaku kolot, kuno, ndeso1) dan sebagainya. Mereka memang seorang petani, dandanannya kuno dan hanya tamat sekolah rakyat2). Banyak orang yang malu dengan keberadaan orang tua yang tidak modis. Tapi aku tidak, aku sangat bangga pada mereka, orang tuaku tercinta…

Hari pertamaku di kampus, aku diantar bapak dengen motor butut. Mungkin orang-orang memandangku aneh. Tapi aku tak sedikitpun malu ataupun gengsi. Aku justru sangat bahagia, karena orang tuaku sangat mendukung keinginanku kuliah.  Mereka telah mematahkan sebagian besar cibiran orang-orang. Mereka tak sedikit pun kolot atau memaksakan aku menikah dengan pilihannya, namun orang tuaku berpesan “Niatkan mencari ilmu, sedikit saja kamu melangkah mencari jodoh (baca: pacaran), maka saat itulah kau harus siap menikah dengan pilihan kami”

Yaa.. begitulah mereka mendidikku. Aku dibiarkan memilih hidupku, asal dengan pantangan harus menghindari zina. Sebab itulah aku diizinkan kuliah dan menuntut ilmu, jauh dari orang tua. Aku tak boleh mengecewakan mereka.. harus!
      
      Bukan berarti diriku bebas dari godaan. Disaat banyak teman yang menceritakan asiknya pacaran, hati kecilku menginginkan pula. Namun aku ingat, aku tak mungkin melakukan ini. Orang tuaku tak akan ridho dengan perilakuku. Bukankah ridho Alloh bergantung ridho orang tua? Aku juga sudah lebih dari enam tahun mengenyam pendidikan berbasis Islam, mana mungkin tidak faham bahaya khalwat dan zina. Sangat keji kalau aku pura-pura lupa.
         
         Saat aku kelas dua SMP, ada salah satu senior yang sering mengirimkan sepucuk surat yang sangat indah.  Aku tak pernah membalas suratnya sama sekali. Aku menganggap itu godaan sejauhmana aku memegang prinsipku.

Setelah lulus dari SMP, seniorku itu bersekolah di luar kota. Namun dia tetap mengirimkan surat kepadaku meskipun tak pernah aku balas. Aku merasa kasihan padanya. Akhirnya kuputuskan membalas suratnya. Aku menuliskan surat penolakan secara halus. Meskipun sangat tidak enak, namun aku harus menuliskannya. Aku takut, penantiannya adalah sebuah kesia-siaan.

Lambat laun, aku dengar dia berpacaran dengan kawan dekatku di SMP dulu. Hmm.. dunia seakan sempit. Aku tidak kecewa dengan keputusanku yang lalu. Keputusan yang sangat tepat. Mungkin dia bukan laki-laki yang terbaik untukku.

Yaaah masa remaja, sangat pelik dan rumit.. Tapi aku menikmati masa remajaku itu dengan nyaman. Tak ada yang membuat stress atau galau. Namun sewaktu SMA ada seorang yang menarik hatiku, dia pemuda yang terlihat baik, pandai dan religius. Oh Tuhan.. ternyata dia memiliki pacar dimana-mana, pacarnya lebih dari satu orang. Haha.. dan suatu kesalahan pernah mengaguminya.

Ketika aku menginjak umur 18 tahun, ada salah seorang tetangga dolan3) (baca: ta’aruf) ke rumahku. Aku dengar dia adalah seorang pegawai negeri yang sudah mapan. Banyak orang yang silau dengan kekayaannya saat itu. Namun bapak menolaknya secara halus. Bukan karena parasnya kurang tampan atau hartanya yang kurang melimpah, tapi bapak memprioritaskan kefahaman agama dan akhlaknya.

Pernah saat itu ibuk memprotes keputusan bapak yang menolaknya, “Kenapa bapak tolak lamaran nak khadafi?”
“Bapak kurang srek4) dengan kualitas agama nak Khadafi” jawab bapak santai.
“Bapak ini, kayak meninggikan grade saja buat anak kita. Dia kan mapan, sudah kerja dan siap to.. Keluarganya juga terpandang di kampung kita”
“Sudah lah buk.. Anak kita kan juga mau sekolah. Bapak khawatir nak Khadafi nggak bisa nunggu Ima dengan sabar.”  
Sebenarnya aku tau perdebatan bapak ibuk saat itu, namun aku tidak terlalu memusingkannya. Aku bersikap wajar dan cuek. Seolah tidak pernah tau ada kejadian itu. Kejadian ‘penolakan’.

Begitulah, sejak saat itu rasanya hidupku tak tenang. Aku takut ada yang melamar lagi, kemudian bapak mengiyakan. Akan terjadi mimpi buruk, kalau lamaran yang diterima Bapak adalah laki-laki yang tak ku sukai. Tapi aku harus berhusnudzon. Laki-laki pilihan bapak pasti bukan sembarang orang. 

Sebenarnya terbesit rasa takut, bagaimana kalau aku menikah di usia yang tua? Karna terlalu sering menolak laki-laki. Ya sudahlah, aku pasrahkan pada Alloh.. semoga diberi yang terbaik pada saat yang terbaik pula.

-insya Alloh bersambung-
 
Catatan Kaki
1) Ndeso : Kampungan
2) Sekolah Rakyat : Setingkat SD
3) Dolan : berkunjung, main
4) Srek : Pas


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

3 komentar:

Indiana Malia mengatakan...

Lanjutkan say... :)

Dini fahma insani mengatakan...

menurutmu, ini rancu nggak? haha..
ruwet banget alurnya. Butuh ditata ulang. :D

Anonim mengatakan...

fiksi

Posting Komentar