Suatu pagi di
ruang sempit di ujung lorong, di dekat tangga. Kamar yang nyaris pengap karena
sirkulasi udara tidak seleluasa seperti dulu. Aku merebahkan diri di kasur dan
memperhatikan langit-langit kamar berwarna hijau. Di kejauhan, terlihat
berjajar semut yang berjalan mengekor.
“Oh,
sepertinya ada yang mereka mau ambil”
Aku buru-buru
mengecek persediaan makanan di ujung kamar. Kurasa aku salah. Aku tidak membeli
makanan manis apapun pekan ini. Lalu apa yang membawa puluhan semut kemari, ke
kamarku?
Hhh..
hei percuma
kau disini. Gumamku.
Aku
menuangkan air dari teko ke gelas. Sebelum meminumnya, aku tersentak. “Hei
apa-apa’an ini?” puluhan semut atau –bisa disebut bangkai semut- mengapung di
bagian gelasku. Tandanya beberapa semut ceroboh telah tenggelam beberapa jam di
tekoku.
sumber: google.com |
Aku membuang
air yang telah banyak terisi bangkai semut itu. Dan menuang air dari galon yang masih aman –dari bangkai-. Aku meneguk
air.
“apa yang
dilakukannya? Kenapa mencoba meminum air, bila akhirnya tenggelam? Apa yang kau
cari semut? Sampai rela mengambang tak bernyawa disitu?”
Aku
menyalahkan puluhan semut yang tewas di teko tempat air. Sungguh di dalam teko
tersebut bukan madu, bukan makanan manis. Tapi kenapa dia (semut) rela mati?
Aku terheran.
Aku berpikir
sejenak.
Ya kiranya di
dalam sini adalah air gula yang manis, mungkin perjuanganmu tak kuanggap
sia-sia Mut… (semut)
Namun, ini
hanya air.. Kenapa pula kau rela meneguknya hingga mati mengambang?
Aku merenung.
Kiranya begitulah manusia. Bekerja keras mencari manisnya dunia. Tapi bila
berakhir seperti semut ini, apa tak menyesal?
Padahal
manisnya air aqua tak seberapa, dibanding perjuangannya. Mengekor dari atas
langit-langit kamar, turun merayap, mencari sebuah ‘gula’, namuun apa yang dia
dapat?
Manusia,
diriku pula.. Renungilaah… jangan sampai perjuanganmu di dunia menghasilkan
sesuatu yang sia-sia… menimbulkan penyesalan, ketika sudah tak lagi bernyawa…
Ada beberapa
ayat dalam al-quran yang butuh direnungkan, manusia menganggap telah beramal sebanyak-banyaknya…
namun pahala di akhirat tidak seberapa.
Banyak
manusia, yang mati-matian mencari-cari sesuatu yang melelahkan. Namun
hakikatnya adalah kesiaan. Naudzubillah min dzalik..
###
“Barangsiapa menjadikan akhirat sebagai tujuannya, maka Allah akan menjadikan kekayaan dalam hatinya, Allah akan mengumpulkan kekuatannya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan tunduk lagi hina.Dan barangsiapa menjadikan dunia sebagai tujuannya, niscaya Allah akan menjadikan kemiskinan terpampang di matanya. Allah akan menceraiberaikan kekuatannya, dan ia tidak akan memperoleh dunia kecuali apa-apa yang ditetapkan baginya”
(HR.
Tirmidzi, Ahmad, dan lainnya, dishahihkan oleh Al-Albany dalam silsilah
shahihah)
Begitu banyak
yang lelah di dunia, namun di akhirat tak mendapatkan apa-apa. Naudzubillah min
dzalik
###
Apa yang kau
cari dari dunia, Yaaa Ayyuhannas (wahai manusiaa..) Bila tanpa keridhoan
illahi, apa makna hidup ini?
Hasan
Al-Basri pernah menulis surat pada Umar Bin Abdul Aziz:
“Ketahuilah, sesungguhnya dunia itu tempat berkunjung, bukan tempat tinggal. Diturunkan Adam ke dunia merupakan hukuman. Karena itu berhati-hatilah terhadap dunia, wahai Amirul Mukminin…"
Rasulullah
Bersabda:
“… Perumpamaan diriku di dunia ini ibarat seorang pengembara yang beristirahat di bawah pohon, untuk kemudian beranjak lagi meninggalkannya”
(HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al-Albany)
Rasulullah
memisalkan juga dalam Hadits Riwayat Muslim, kehidupan dunia seperti cahaya
indah sebuah api yang dinyalakan. Kemudian datang laron yang mendekati cahaya
tersebut. Seperti halnya laron suka pada cahaya, manusiapun suka pada dunia.
Bila dia tak berhati-hati, maka terbakarlah ia. Bila ia menginginkan dan tamak
akan dunia, celakalah ia.
Kiranya
seperti itulah yang kusaksikan tentang semut, juga membuat ku bertanya, “Apa
yang Kau Cari?”
Maka, carilah
keridhoan Allah, jadikan akhirat sebagai tujuan terbesarmu..
Jangan siakan
waktu dan tenaga hanya memilih kehidupan dunia yang hanya sekejap..
Sungguh
nasehat ini untuk sang penulis.
Semoga lebih
memperbaiki kualitas diri…
Semoga Allah
senantiasa memberikan ampunan dan hidayahNya sampai akhir hayat.. sehingga menjadikan
kita hamba beruntung, husnul khatimah..
***
10 Rabiul
Awal 1437 H – 22 Desember 2015 M
Flash back
sekitar 2 tahun lalu, di kamar kos Keputih Gang III, Sukolilo Surabaya
Buku rujukan:
Terapi Penyakit Wahn (Cinta Dunia) ditulis oleh Ust Abu Ihsan dan Ummu Ihsan
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
0 komentar:
Posting Komentar