Aku mencoba mengatur napas. Duduk mematung dengan perasaan
yang kurasa sudah tak karuan. Aku sudah tak mampu lagi melihat wanita di
depanku ini. Beliau membuka suara, “Kamu memakai metode ini dapat darimana?”
“mm.. dari sumber x ini Bu..”
“Kamu kenapa nggak belajar dari kesalahan sih… Metode ini
nggak jelas. Kamu harus cari yang valid. Saya NGGAK MAU TAU!” suaranya seperti
memekik, walaupun beliau mengucapkannya dengan notasi datar
“Baik Bu..”
“Ini ilmiah, kamu harus hati-hati memakai metode. Kalau metodenya
salah, hasil penelitian kamu bakal rancu.. Kamu jangan bikin metode sendiri!”
Lagi. Suaranya begitu memekak telinga. Walaupun beliau tak berteriak
Aku membuat metode sendiri? Tidaaak… aku ingin katakan itu.
Tapi entah, suaraku terasa berat. Kalaupun keluar akan terasa parau.
“Baik Bu.. Saya akan coba perbaiki”
Kemudian aku berdiri dari kursi panas, dan keluar dari
ruangan itu. Ya Allah.. berat sekali namanya TA.. pikirku saat itu.
Lalu, kenapa bodoh sekali sih din? tidak bisa menjelaskan
dengan baik ke dosen. Ralat, aku tidak bodoh, hanya sedikit luput.
Dan lagi, ditanya metode kenapa begitu blepotan? Sampai
dianggap membuat perkara baru dalam metode? Dibilang ngawur? –sudahlah. Tidak
kuceritakan disini.
Mereka (para dosen) meminta setiap perlakuan dalam
penelitian ini berdasar. Tidak ngawur. Intinya seperti itu.
Ya Allah… Benar. Aku merasakan sidang di dunia saja seperti
ini, bagaimana di akhirat? Apalagi kalau kita salah metode dalam berAGAMA?
Bukankah fatal hasil –amalan yang kita kerjakan?
Aku jadi berpikir, dalam hal ilmiah seperti penelitian –kita
dituntut DASAR (dalil istilah dalam agama). Kenapa kamu ngerjain step seperti ini? Apa tujuannya? Apa ada
penelitian yang mendasari? Dan sebagainya.
Dan saat ini, kenapa untuk urusan AGAMA juga tidak berpikir
demikian? Kenapa tidak mencari dasar atau dalil yang tepat dalam menjalankan
sebuah ibadah? Bukankah sidang di hadapan Rabb kita lebih menegangkan?
Aku tergugu menangis.
Begitu sering kita menangisi urusan dunia, tapi sangat
jarang menangisi kualitas amalan akhirat kita…
Begini ya rasanya salah METODE.
Bagaimana kalau salah metode dalam beragama? Naudzubillah
min dzalik…
Menganggap yang dilakukan sudah benar, namun sayangnya tidak
sesuai Rasulullah, sahabat, tabi’in, tabiut tabi’in. Naudzubillah..
Maka, perkara ibadah HARUS lebih berdasar tentunya.. Mungkin
ini hikmah yang pernah kualami ‘sidang’ di dunia. Tentu, di yaumil hisab Allah
menanyakan lebih detail… Allahu’alam
sumber: google.com |
“Tunjukkanlah jalan
yang lurus, yaitu jalan yang Engkau beri nikmat. Bukan jalannya jalannya orang yang Kau Murkai, dan bukan jalannya orang yang
tersesat” (Al-Fatihah:06-07)
***
12 Rabiul Awal 1437 H – 24 Desember 2015 M
Flash back 1 tahun lalu, ketika pengerjaan skripsian :'D
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
0 komentar:
Posting Komentar