#disari dari rekaman kajian Ustadz Nuzul Dzikri berjudul ‘Khadijah;
cinta terindah sang Nabi’
Khadijah; wanita terpandang, cantik, terkaya di Mekah. Banyak
yang berharap mendapatkan cintanya. Namun kedewasaannya tidak terburu memilih
seorang pendamping hidup.
Nafisa mengetahui gelagat ‘ketertarikan’ Khadijah pada
seorang pemuda bernama Muhammad. Sungguh, tidak ada kalimat ‘curhat’ yang
menggebu dari Khadijah. Nafisa memperhatikan, ada sikap Khadijah yang berbeda
pada sang pemuda ‘al-amin’ tersebut.
Kemudian, Nafisa menawarkan pada Khadijah agar ia bisa
menjadi wasilah/perantara kepada Muhammad. Hal itu disetujui Khadijah.
Nafisa menemui Muhammad seperti halnya seorang bibi menemui
keponakannya, atau disebutkan dari sebuah riwayat, seperti seorang ibu menemui
putranya.
“Wahai Muhammad, kau adalah pria tampan, dan sudah memiliki
pekerjaan.. Umurmu sudah 25 tahun. Kenapa kau tidak menikah?”
Rasulullah merasa belum cukup finansial saat itu. Kemudian
Nafisa menawarkan bentuan untuk masalah finansial.
“Lalu, dengan siapa aku bisa menikah?”
“Lelaki sebaik dirimu, kurasa tidak ada yang pantas
mendampingi; selain Khadijah.”
“Bagaimana caranya aku menikahinya?”
Aha.. Jawaban itu! Nafisa menangkap respon positif, bahkan
ia merasa Muhammad juga memiliki ketertarikan yang sama.
Singkat cerita. Nafisa memberi cara pada Rasulullah agar
melamar Khadijah.
Dan terjadilah pernikahan agung antara Khadijah (wanita
mulia) dengan Muhammad (al-amin)
Dari cuplikan kisah diatas, terlihat kecerdasan seorang
Nafisa. Dia tidak memburu Khadijah dengan pertanyaan “Bagaimana kau
mencintainya?”, “Sejak kapan kapan kau mencintainya?” dsb. Wallahu’alam. Namun,
dengan observasi, Nafisa mengetahui gelagat ketertarikan Khadijah pada
Muhammad.
Kecerdasan Nafisa lainnya adalah dia tidak menjatuhkan nama
Khadijah di depan laki-laki yang disukainya. Dia tidak mengatakan pada Rasulullah, “Khadijah
menyukaimu, lhooo…” dan kalimat
lainnya yang dapat menjatuhkan kemuliaan Khadijah saat itu. Nafisa memilih
kalimat pancingan, “Lelaki sebaik dirimu hanya pantas menikahi wanita spesial pula”
Wallahu’alam. Sehingga timbul pertanyaan, “siapa yang cocok denganku?” || “Khadijah!”
|| mendengar nama Khadijah yang disebut, kemudian rasulullah terlihat merespon
baik, Nafisa melanjutkan misinya.. ‘Agar Muhammad segera melamar Khadijah’
Ini tips, para wasilah atau perantara yaa.. hhe jangan
sampai menjatuhkan salah satu pihak. Sehingga bila ternyata pihak lainnya
menolak, kemuliaan wanita/pria yang meminta bantuan –tidak tercoreng. Wallahu’alam
Dan ada ibrah lainnya, dalam memasangkan seseorang, lihatlah ‘kesepadanan’.
Jangan hanya asal menjodohkan. Dari kisah Khadijah dan Muhammad, Nafisa membaca
suatu kesepadanan diantara keduanya. Wallahu’alam. Khadijah; wanita terpandang,
cantik, dan menjaga dirinya (wanita baik-baik). Sedangkan Muhammad; pemuda tampan,
baik, terpercaya, terpandang; cucu penjaga zam-zam.
Wallahu’alam
Sedikit-banyak, Nafisa memiliki peran khusus dalam kisah
cinta Khadijah dan Rasulullah.
Wallahu’alam bishowab…
Surabaya, 8 Muharram 1437 H/21 Oktober 2015 M
#semoga Allah mengampuni penulis#
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
0 komentar:
Posting Komentar