Sebenarnya saya adalah tipe cuek dan kurang ramah pada
seseorang :' Tapi entah kenapa, saya sangat merasa nyambung ngobrol dengan
ummahat. Mungkin karena saya memposisikan beliau-beliau seperti ibu saya. ^^
Suatu saat saya bertemu dengan seorang ibu di masjid. Beliau
bercerita akan menjalankan ibadah umrah. Kemudian beliau bercerita tentang kenangannya
saat haji. Dari haji itulah, kerinduan beliau pada Makkah Al-mukaramah dan
madinah Al munawarah begitu mendalam.
Mendengar cerita ibu tsb, saya jadi termotivasi untuk
mengunjungi Baitullah dan kota nabi :' Semoga Allah mengabulkan. :'
Di akhir pembicaraan kami, tiba-tiba ibu itu mengatakan
“Nak, mau tha jadi menantu Ibu? Ibu punya putra, di ITS juga, lulus 2 tahun
lalu.” # huaa apa-apaan ini.
Saya hanya cengengesan. Dan kabuuur.
***
Ada lagi perbincangan dengan seorang ibu di kolam renang
akhwat. ya mungkin saya paling bisa basa-basi di awal :p awalnya Ibu itu
bercerita tentang aktivitas renangnya untuk menyembuhkan salah satu kelaianan pada ototnya. –semoga Allah
menyembuhkannya. Dari beliau saya lebih tau manfaat renang dari segi kesehatan.
Masyaa Allah..
Setelah cukup lama berbincang tentang kesehatan, beliau
menceritakan bahwa beliau dulu lulusan ITS jurusan Teknik Kimia. Beliau pernah
berkarir cukup gemilang. Namun, suaminya memintanya untuk berhenti dari
pekerjaannya, dengan alasan –anak jauh lebih penting! Kemudian beliau berhenti
dari pekerjaannya dan fokus mendidik anak. Beliau berujar “Kala itu saya
mengatakan pada diri saya, saya harus membuat anak-anak saya sukses.
Alhamdulillah.. sekarang saya sudah melihat kesuksesan anak saya”
Menjadi ibu rumah tangga bukan hal yang hina bukan? Bahkan
dari pandangan seorang ummah tersebut yang notabene lulusan S1 Tekkim. "Ibu yang
cerdas untuk putra putri yang cerdas"
Tapi dalam kisah kedua ini, saya tidak ditawari jadi menantu
beliau kok -.-v hha
***
Mendengar kisah itu, saya jadi teringat cerita seorang teman
yang bertemu anak-anak yang sangat kurang kasih sayang. Padahal ibu Bapaknya adalah dosen di salah
satu universitas negeri di Surabaya, orang tuanya adalah lulusan luar negeri
(Eropa tepatnya). Namun, anak-anaknya yang masih kecil itu berani bicara jorok,
bicara kasar pada orang tua, suka liat tontonan joget-joget. Naudzubillah min dzalik…
Semoga bisa menjadi ibrah untuk kita semua.
***
Kemudian saya pernah berbincang dengan seorang ummah yang
putranya jatuh cinta dengan seorang wanita yang berbeda agama. Dari beliau saya banyak
mengambil pelajaran. Ummah tersebut pernah mengatakan pada putranya “Kamu itu akan jadi imam! Kalau perempuan yang kamu
nikahi bukan islam, sangat sulit nak… kamu menikah dengan seorang muslimah saja,
akan sulit mendidiknya, apalagi yang BUKAN ISLAM”
Ya jadi cambuk bagi kita seorang muslimah. Perempuan itu
sangat bengkok. Jelas, seorang pria akan kerepotan mendidik tulang bengkok itu.
Subhanallah…
Maka, muslimaah.. belajarlah banyak.. Ilmu syar’I begitu
penting…
“yang paling mulia
adalah lisan yang senantiasa berdzikir, hati yang selalu bersyukur, dan istri yang beriman yang selalu
membantunya dalam keimanan” (HR Tirmidzi)
“Dunia ini adalah
perhiasan dan sebaik-baik perhiasannya adalah perempuan yang shalihah” (HR. Muslim)
“Barangsiapa dikarunia
istri shalihah, maka Allah telah
membantunya atas separuh agamanya” (HR.Thabarani)
Banyak hal yang bisa saya dapatkan dari perbincangan dengan
ummahat. Pelajaran dan pengalaman beliau-beliau menyikapi kehidupan patut
dijadikan ibrah.
Kadang saya mikir, saya begitu luwes ngobrol dengan ummahat,
kenapa saya kurang bisa luwes dengan orang seumuran ya - -“
Saya juga bertanya-tanya dalam hati, saya biasa ngobrol
dengan ummahat dari berbagai kalangan –ada yang umum, yang sudah ngaji dll,
Tapi bisakah ngobrol dengan seorang ibu ‘baru’ yang menjadi bagian hidup kita
nanti (read: mertua)? Hhi
Karena pada dasarnya, persaingan seorang istri adalah dengan
mertuanya juga. :' ada yang mengatakan, seorang istri akan bersaing dengan
mertuanya –berebut perhatian pada
suami/anak laki2
Maka dari itu, komunikasi dengan 'ibu' sangat penting bukan?
Seorang pria harus tetap taat pada ibunya... dan seorang perempuan harus taat pada suaminya.. So?
catatan: taat bukan dalam hal kemaksiatan
Ya begitulah seklumit kisah perbincangan dengan ummahat. hihi..
Semoga bisa menjadi pelajaran berharga. :) Untuk kisah intermezo diatas, mohon diabaikan :v hha
Surabaya, 17 Sya'ban 1436 H
Ya begitulah seklumit kisah perbincangan dengan ummahat. hihi..
Semoga bisa menjadi pelajaran berharga. :) Untuk kisah intermezo diatas, mohon diabaikan :v hha
Surabaya, 17 Sya'ban 1436 H
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
0 komentar:
Posting Komentar