Welcome :)

dinifahma.blogspot.com

Kamis, 08 Mei 2014

#Resensi AB: Dua Kisah Satu Muara



*late post 
Harusnya ini mau diikutin lomba, tapi berhubung sudah ditutup, maka aku posting di blog. Buat menuh-menuhin blog. hhe ^^ semoga bisa diambil hikmahnya... 
nyomot dari google
RESENSI Assalamualaikum Beijing


Gadis ayu itu bernama Ra. Gadis mandiri dan tegas yang menautkan hati kepada pria jangkung bernama Dewa.
Ra dan dewa seolah menjadi sepasang kekasih yang tidak akan terpisahkan. Umur keduanya telah matang dan mereka berdua memiliki banyak kesamaan. Tinggal hitungan bulan mereka akan melangsungkan pernikahan. Namun, takdir tidak berjalan demikian.
Untuk suatu alasan, Ra harus mencampakkan rencana pernikahan dengan Dewa. Ya, karena pengkhianatan yang telah Dewa lakukan. Mereka akhirnya berpisah.

Di lain sisi, Asma; gadis berjilbab yang enerjik dan memiliki prinsip kuat dalam Islam. Dia enggan bersalaman dengan pria yang bukan mahram dan enggan memandang pria yang belum halal baginya. 
Ketika di Beijing, Asma bertemu dengan pria China berahang kukuh bernama Zhongwen. Pria penggila legenda cinta Ashima tersebut memiliki ketertarikan tersendiri ketika bertemu Asma.
Ketika Asma kembali ke Indonesia, Zhongwen masih menyelipkan cinta di rongga hatinya untuk gadis berjilbab itu. Perasaan yang belum terungkap.


Dua Kisah; Ra dan Dewa, Asma dan Zhongwen, menjadi alur yang sulit ditebak di dalam novel ini. Kisah yang terus beriringan, sehingga bermuara pada satu konklusi. 
Setelah pengkhianatan yang dilakukan, Dewa harus menelan pil pahit dengan menikahi wanita bernama Anita. Perasaan cinta dan rasa bersalahnya kepada Ra bergemuruh di hati Dewa semenjak pernikahan yang tidak ia inginkan.
Di tengah kegelisahan Dewa pada pernikahannya yang tak bahagia, Ra mampu mengemas rasa gundahnya dengan rapi. Rasa sedih yang ia derita telah mengubur harapan dan angan tentang pria bernama Dewa. 

Meskipun perasaan cintanya belum sepenuhnya hilang, Ra terus bangkit dengan perubahan yang terus ke arah lebih baik. Dia mulai mencoba mengenakan jilbab mungil ke kantor dan mencoba menjaga diri agar tidak lagi jatuh pada cinta yang mengkhianatinya.

Di belahan dunia yang lain, Zhongwen masih menyimpan perasaannya kepada Asma. Percakapan dengan Asma beberapa kali tentang islam menggerakkan hatinya untuk merenungi keberadaan Tuhan. 
Di kala perenungan dan pencarian Zhongwen terhadap Islam, Asma jatuh sakit. APS! Penggumpalan darah yang sewaktu-waktu menyerang sistem organnya. Penyakit yang tidak diketahui siapapun kecuali Mama dan sahabatnya. 
Kisah di dalam novel ini tidak klise. Menghadirkan kejutan di Lima Bab terakhir. Pertemuan kembali Ra dan Dewa setelah setahun berpisah. Perjumpaan kembali Asma dan Zhongwen setelah terpisahkan batas negara bermil-mil.

Kisah didalam buku ini dikemas begitu apik. Kisah yang bersahutan. Kisah kegundahan Dewa yang sebenarnya masih memiliki perasaan terdalam terhadap Ra. Kisah perjuangan Ra keluar dari lingkar masa lalunya. Kisah pilu Asma yang bertahan pada penyakit yang tiba-tiba menyerangnya. Kisah proses hidayah Zhongwen menemukan cinta Alloh dan memantapkan untuk menjemput Asma sebagai bidadarinya.

Awalnya, muncul pertanyaan apa hubungan Kisah ini? Ra-Dewa, Asma-Zhongwen. Terlalu samar. Dan apa hubungannya dengan Beijing? 

Seperti yang saya katakan diatas, alur dalaam novel ini sedikit sulit ditebak. Kisah yang terus bergulir bersebrangan hingga bermuara pada satu penyelesaian yang cukup mengejutkan.
Di akhir cerita, disuguhkan pertunjukan bahwa takdir Alloh itu begitu indah dan rencana-Nya begitu fantastis. 

Banyak nasihat moral yang perlu menjadi garis bawah. Patah hati karena cinta tak lantas melemahkanmu, justru harus diobati dengan terus memperbaiki diri. Seperti kisah Ra dalam kisah ini. Ngomong sih enak, yang ngejalanin susah bukk... Hhe.. Begitulah, mungkin praktik tidak semudah teori. Tapi tidak ada salahnya untuk  dicoba. Yang harus dijadikan cambuk adalah istilah MOVE ON = Hijrah ke jalan kebenaran!

Banyak hal untuk direnungi dalam novel ini, bahwa Islam sangat mengatur adab antara pria dan wanita. Tidak bersalaman dan tidak bersentuhan bagi yang bukan mahram memiliki banyak hikmah besar. Tidak pacaran juga merupakan keindahan Islam dalam menjaga ikatan sebelum pernikahan. Banyak hikmah yang dapat diambil. Tentu karena penulis mampu menggiring pembaca dari satu kisah ke kisah yang kuat sehingga diambil kesimpulan yang begitu berkaitan. Bahasa dalam novel ini yang mengalir, tegas, namun tidak cenderung menggurui, menjadi penguat amanat yang hendak disampaikan penulis. 


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar:

Posting Komentar