Welcome :)

dinifahma.blogspot.com

Kamis, 09 September 2010

Ucapkan Insya Allah..

Mungkin kita sering mendengar seorang muslim mengucapkan ‘Insya Allah’ ketika mengikrarkan janji atau keputusan. Namun tak jarang pula, seorang muslim melanggar janjinya dengan dalih “Saya sudah bilang Insya Allah, kan?”
Senjata ‘Insya Allah’ atau penyalahgunaan?
Teringat dulu, sewaktu masih kecil. Pertama mempraktikan kalimat yang sering aku dengar yaitu, ‘Insya Allah’


Waktu itu aku pernah disuruh Ortu. Dengan gampang aku bilang : “Iya… Insya Allah!”
Setelah itu, janjiku ditagih ortu. “Lho, katanya bilang iya. Kok nggak dikerjain?”
Aku njawab: “Lho, aku kan bilang Insya Allah”
“Bukan berarti dengan Insya Allah kamu bisa melanggar janji dan nggak nglakuin yang udah kamu Iya’in! Kamu bilang iya dengan embel-embel ‘Insya Allah’ berarti kamu siap melakukan apa yang sudah kamu iya’in! Bukan malah niat ‘Halah, udah bilang Insya Allah nggak usah dikerjain nggak apa-apa’!”
Huhuhu.. Begitulah nasehat ortu.. tapi dari situ aku sedikit ngerti makna ‘Insya Allah’ sesungguhnya. :)
Bagaimana seharusnya janji itu harus benar-benar dilakukan dan bersungguh-sungguh dalam mengerjakannya. Kalau kelancarannya baru kita serahkan pada kehendak Allah SWT.
Ntar, mentang-mentang udah bilang Insya Allah, nggak dikerjain.. (kayak ceritaku diatas.. hehehe)
Anjuran mengucapkan ‘Insya Allah’diabadikan dalam Q.S Al-Kahfi:23-24.
Asbabun Nuzul dari Surat Al-Kahfi ayat 23-24 berawal dari janji Rasulullah SAW. terhadap Umar ibn Khattab yang kerap bertanya kepada beliau.
Suatu ketika, umar Ibn Khottab bertanya pada Rasulullah. Namun ternyata dibutuhkan jawaban yang tidak mudah. Esoknya, turun firman Allah yang sesuai dengan pertanyaan Umar ibn Khattab tersebut,
Kemudian hingga beberapa kali, setiap Umar bertanya, firman Allah selalu menjawab sesuai apa yang ditanyakan.
Lalu, suatu saat Umar Ibn Khattab bertanya lagi, Rasulullah belum dapat menjawabnya. “Besok. Akan turun firman Allah yang menjelaskan apa yang kamu tanyakan itu”
Namun, firman yang muncul bukan jawaban dari pertanyaan Umar Ibn Khattab.
Justru ayat yang turun berupa teguran sekaligus anjuran yang dikatakan bila berjanji.


“Dan jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, “Aku pasti melakukan itu besok pagi”. Kecuali (dengan mengatakan) “Insya Allah”. Dan Ingatlah kepada Tuhanmu apabila engkau lupa dan katakanlah, “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepadaku agar aku lebih dekat (kebenarannya) daripada ini.” (Q.S Al-Kahfi:23-24)


Begitulah, rasul pun tak dapat berkehendak bila Allah tak menghendaki.
Kurang lebih seperti itu yang pernah dijelaskan Bokap.. :)
Kalau sedikit keliru, maaf… ^^


Teringat kisah 5 tahun lalu (kalau nggak salah) saat berjanji ma temenku.. Janjinya sepele sih; janji touring… hehe..
Waktu itu dia nanya : “Din, jam berapa ntar keluarnya?”
“Jam 9 wes..” (tanpa Insya Allah) aku njawab dengan enteng.
Tak dinyana dan disangka, kejadian buruk terjadi. Janjiku itu teringkari. Rencana ‘touring’ harus digagalkan. Karena saat itu, nenekku meninggal dunia.. :(
Tentu itu menjadi teguran Allah bahwa jangan mengumbar janji tanpa Insya Allah..


Semua itu terjadi karena atas seizinNya…
Sekuat apapun kita memegang janji, namun bila Allah tak mengizinkan maka hal itu tak akan terjadi…
Namun bukan berarti kita mudah mengingkari janji, karena telah mengucapkan Insya Allah..
Hakikatnya, kita yang berusaha, Allah yang menentukan… Maka lakukan dengan sungguh-sungguh dan ucapkan ‘Insya Allah’…


Wallohu’alam bishowab…


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar:

Posting Komentar