Welcome :)

dinifahma.blogspot.com

Sabtu, 06 Juni 2020

Ikhtiar Meraih Persalinan Alami



Mengetahui hamil kedua, sungguh bahagia masyaallah. Namun ada kekhawatiran tentu. Apa sih yang dikhawatirkan?
Jujur, salah satu yang menjadi momok adalah ketika bersalin. Alhamdulillah hamil pertama dan kedua tidak ada lelah, biasa beraktivitas seperti orang nggak hamil. Namun, ketika bersalin anak pertama, berasa sakit semua. Apalagi kondisi saat anak pertama minim sekali ilmu, nggak ada bekal persiapan bersalin, dan berbagai kondisi yang membuat takut.

Ikhtiar utama adalah doa kepada Allah ta'ala agar persalinan kedua lebih lancar dari sebelumnya. Kedua, menyiapkan bekal ilmu maupun mental. Ketiga, memperbanyak informasi provider/penolong persalinan yang sesuai keinginan kita. Selanjutnya, usaha maksimal dan tawakal kepada Allah. 

Mencari ilmu tentang persalinan alami. Kenapa dengan persalinan alami? Konon dengan persalinan alami, meminimkan trauma pada ibu dan bayi. Maka saya coba follow beberapa akun yang memberi informasi terkait persalinan alami. Seperti akun bidankita, ig nya Bidan Wina, Bidan Mugi Rahayu, Bidan Rina malang, HOME punyanya Bidan Enita Jember, Bidan Ritha Jember, Bidan Ima Jember, Bidan sahabat ibu punya Bidan Pipit, Amani Birth, dan lain sebagainya . Banyak ya? Karena tentu ilmu darimanapun pasti plus minus ya. Nggak bisa kita hanya saklek cuma follow salah satu akun. Juga coba cari informasi ke YouTube, ikhtiar untuk persalinan kedua ini. 

November pertengahan 2019, Alhamdulillah saya bisa ikut talk show di Surabaya yang diadakan Papilio, Bidan Wina. Alhamdulillah disitu informasi dan ilmu yang ingin saya gali, terjawab. Berbagai evaluasi ketika persalinan pertama jadi pelajaran agar tidak terulang di persalinan selanjutnya. 

Akhir Desember saya ikut kelas ibu hamil yang diadakan oleh trainee Amani Birth Jember di Omah Genki oleh Bidan Ikka dan Bidan Annisa. Disitu pengetahuan saya tentang persalinan alami pun bertambah. Alhamdulillah.

Buku antologi Amani Birth dari Bidan Enita juga jadi motivasi untuk saya dalam mempersiapkan persalinan kedua ini. Di dalamnya masyaallah kisah yang penuh hikmah untuk memberdayakan diri selama kehamilan. Masyaallah ilmu bisa didapat dari buku.

Selain buku antologi Amani Birth, buku #Bebastakut Hamil dan Melahirkan, jadi bagian ikhtiar saya menjalani persalinan kedua. Ilmu di dalamnya sebisa mungkin diserap dan dipraktikkan.

Buku 'Persalinan Maryam' oleh Bidan Mugi Rahayu, juga jadi bagian ikhtiar saya menyiapkan 'mental' dalam bersalin. Di dalamnya mungkin bukan tips melahirkan alami seperti dua buku yang saya baca sebelumnya. Namun di buku Persalinan Maryam banyak motivasi untuk senantiasa ikhlas dan penuh syukur dalam menghadapi persalinan. Seperti jargonnya 'tidak mengkhawatirkan rasa sakit'. Mungkin persalinan yang dijalani ada rasa sakit yang menjalari, namun dengan keikhlasan dan rasa syukur, rasa sakit ataupun hal yang tidak sesuai tidak dikhawatirkan, karena semua dipasrahkan pada Allah ta'ala. 

Pertengahan Januari saya mengikuti seminar oleh Bidan Ima. Sebelumnya, saya mengetahui Bidan Ima dari saudara yang sukses vbac dengan ikhtiar senam hamil ke beliau. Saya tertarik bertemu Bidan Ima sejak mendengar cerita saudara tsb. Alhamdulillah kesampaian bertemu bidan ima dalam seminarnya tentang gentle birth. Masyaallah wawasan semakin terkumpul. Harus diusahakan dan dipraktikkan tentunya. 

Usia kehamilan 6 bulan saya mulai ikut senam hamil yang diadakan bidan sahabat ibu. Lokasinya lumayan dekat dengan rumah saya, sehingga memudahkan saya dalam mengikuti senam tiap pekan. Alhamdulillah.

Kehamilan saya yang masuk 8 bulan memaksa saya untuk menentukan provider yang pas untuk persalinan. Saya istikharah, dan saya condong ingin melahirkan di bidan ima. 

Sama hal dengan jodoh, menentukan provider atau penolong persalinan harus klik. Mungkin orang lain klik sama si Fulan, kita enggak. Nah, berarti kita emang nggak jodoh sama Fulan. Begitu pula ketika saya memutuskan ke Bidan Ima. Pasti ada pertimbangan ini itu yang pada akhirnya saya akan bersalin di rumah beliau. 

Hal yang mendasar saya akhirnya memutuskan memilih Bidan Ima, karena rasa percaya dan keyakinan beliau, bahwa insyaallah saya mampu melalui persalinan ini dengan baik. Beliau mengatakan: "insyaallah mbak Dini bisa, mbak Dini kan sudah usaha. InsyaAllah persalinan kedua ini lebih gampang dari sebelumnya. Dulu nggak olahraga aja bisa lahir normal kan, insyaallah persalinan ini bisa."

"Bayi 4kg aja dulu bisa lahir kan mbak, insyaallah mbak dini yang ini udah olahraga, udah diet, pasti lebih bisa."

"Saatnya pasrah mbak, kemarin-kemarin mbak dini kan sudah usaha. Tidak usah terlalu khawatir mbak. Pasrah ke Allah" kata beliau ketika anc pekan terakhir menjelang HPL.

Aah melting ya. Suami sering ngulang kata-kata Bidan Ima itu. Karena saya saking galau, takut misal bayi besar dan nggak bisa lahiran lancar. "Apa yang dikhawatirkan? Dulu bayi 4kg bisa lahir normal. Insyaallah ini bisa" dst. 

Ketika kadang bidan lain meragukan, Alhamdulillah ketika konsultasi ke Bidan Ima ada kelegaan. Nah mungkin ini juga namanya jodoh. Tetiba ada rasa sreg seketika.

Ikhtiar persalinan mungkin dianggap remeh, aah lahiran yaa gitu sakit. Jalani wajar saja. 
Menurut saya, semua butuh diperjuangkan dan diikhtiarkan. Mulai dari mental, dari fisik, menjaga asupan, dll. 

Dulu orang nggak butuh senam, bisa lahiran juga. Orang dulu semua pekerjaan rumah serba fisik. Nyuci manual, ambil air dari sumur manual pakai timba, masak di tungku, nyapu ngepel, nggak pernah HPan dan mager (ini sih saya ya).
Belum lagi asupan makanan sekarang dan dulu beda. Zaman sekarang fast food banyak. Makanan kemasan jadi makanan pokok. Orang dulu, alam juga masih bagus, makanan terjaga. masyaallah

Maka kalau ada istilah orang dulu prucat prucut lahir, bisa jadi memang kita butuh mengadopsi cara ikhtiar fisik, mental, asupan mereka. 
Pernah saya ngobrol dengan seorang mbah (seusia mbah saya, usia ±80 tahun) "mbah, pas mau lahiran ngrasa takut mboten? Kayak keinget rasa sakit hamil sebelumnya"
"Aah yo enggak. Kalau kerasa senep, oh ini mau lahir. Gitu aja." 
Tanda mereka nggak ada trauma ya masyaallah.

Mungkin kita di zaman sekarang enggak nimba di sumur, masak nggak ditungku, atau enggak ngepel jongkok. Ya InsyaAllah ikhtiarnya pakai senam, gerak aktif, dan jaga asupan makanan. Wallahualam

Untuk ikhtiar fisik, saya melakukan senam hamil mulai 20 w, juga melakukan power walking (jalan cepat) di usia 32 w dengan syarat posisi janin kepala sudah di bawah. Main gymball setiap hari, bisa dilakukan sembari membaca buku, membaca quran, menemani anak bermain. Selain itu, saya juga ikhtiar melakukan squat bertahap, mulai dari 20 per hari, sampai mentok menjelang HPL 100 per hari. Melakukan kerjaan rumah lebih aktif, seperti menyapu, mengepel, mencuci (ini juga sesakali saya melakukan cuci manual), dll. Intinya ini tergantung kondisi tiap ibu hamil juga, jangan memaksakan kondisi. Harus memahami kondisi bila telah lelah atau tidak kuat.


Ikhtiar mental, saya lakukan dengan memperbanyak informasi, dari seminar maupun buku. Memperbanyak kegiatan positif, memperbanyak doa dan ibadah, dan lain sebagainya. Dzikir pagi petang, doa nabi Yunus, dzikir laa haula wa laa quwwata ila billah, perbanyak doa di sujud, juga jadi bagian ikhtiar persiapan mental untuk melahirkan.

Ikhtiar asupan, saya dengan riwayat bayi besar harus mengurangi karbohidrat. Asupan yang utama protein, buah, dan sayur. Minum air putih 2-3 liter, makan kurma, minyak zaitun, zam-zam, dan habatussauda di akhir trimester. 

Mungkin itu seklumit kisah perjalanan ketika hamil kedua dan ikhtiar persalinan alami. Saya tahu, mungkin terkesan berlebihan ya ikut seminar ini itu, olahraga ini itu, tapi ikhtiar tersebut tak lain untuk menepis kekhawatiran.

Ini merupakan ikhtiar. Sebagaimana orang akan ujian, maka ikhtiar yang dilakukan adalah belajar dan doa. Bila hasil ujian sesuai keinginan, maka itu adalah nikmat. Namun, bila hasil ujian kurang sesuai, maka bersyukur dan bersabar atas ketentuanNya. Maka, melahirkan atau bersalin seperti ujian, ada dua kemungkinan bisa sesuai keinginan, bisa tidak. Manusia hanya mengusahakan, perkara takdir Allah yang tentukan.

Sadarilah, persalinan itu unik. Jangan bandingkan persalinan kita dengan orang lain. Jalani, hadapi, dan syukuri. Tidak perlu khawatir, karena semua sudah ditakdirkan, manusia hanya bisa mengusahakan maksimal. Wallahualam. 




Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar:

Posting Komentar